Rabu, 27 Februari 2013

Nasir juga manusia...

Pak Nasir adalah salah satu penggagas gowes di lingkungan kami. Dia sebenarnya anggota sebuah komunitas gowes lain tetapi dengan senang hati ikut apabila TRACK20 mengadakan acara gowes. Malah sekarang diperhatikan tiap hari Minggu lebih sering ikut gowes bersama kami dibanding ikut dengan komunitas awalnya. Pengalamannya yang lebih sebagai penggowes membuat dia memiliki kemampuan lebih juga dalam mengatasi gangguan-gangguan teknis pada sepeda dibanding kami-kami yang kebanyakan hanya sebagai pemakai saja.


"Pak Nasiiiir.....", demikian teriak kami kalau sepeda mengalami gangguan. Hahaha.....



Bukan hanya gangguan pada sepeda... kalau ada gangguan pada si penunggang sepeda, misal kram kaki, yang dicari Bung Nasir juga. Makanya di Tas Pinggangnya selain berisi tool untuk perbaikan sepeda juga tersedia tool untuk perbaikan otot-otot yang tegang kecapean...

Kalau ada teman serombongan tertinggal di belakang maka Pak Nasir juga yang balik lagi untuk menemani gowes sampai ke tempat rombongan menunggu. Kayanya melihat ada masalah maka dialah yang diharapkan menyelesaikannya. Ditambah fisiknya yang tidak pernah keliatan capek, senyum selalu tidak pernah lepas. Mungkin juga karena bawaan dari nama, Nasir yang artinya tukang menolong atau penolong.....

Tetapi ada sebuah peristiwa, yaitu ketika mencoba jalur RA, karena jalur ini lebih banyak turunan maka sadel harus diposisikan rendah agar posisi badan lebih berat ke belakang. Tunggangan Pak Nasir ternyata sadel tidak dapat diturunkan karena seatpost-nya baru diganti dan belum sempat dipotong. Akibatnya pada turunan pertama jalur RA sempat terjerembab dan leher berdarah tertusuk ranting. Ditambah ada gangguan pada brake maka bertambah juga penderitaannya... 


Kejadian lain adalah ketika menelusuri jalur pulang setelah gowes ke arah Gunung Pancar, Pak Nasir yang selalu memposisikan (atau diposisikan) di belakang rombongan ketika melewati jembatan penyebrangan Jalan Tol Jagorawi, otot kaki kanan belakangnya tertarik. Baru kali ini terlihat dia meringis menahan sakit. Setelah memijit-mijit sendiri paha dan betis serta melompat-lompat untuk menormalkan kembali kakinya barulah senyum khasnya keluar lagi. Saya hanya memperhatikan saja.... mau nolongin gatau apa yang harus saya kerjain hehehehe....

Sementara rombongan yang di depan sudah jauh meninggalkan. Mereka selalu berpikir dan menganggap bahwa Pak Nasir adalah seorang problem solver bukan trouble maker jadi santai saja dan tetap melanjutkan perjalanan kalau ternyata yang paling belakang adalah Pak Nasir.



Ternyata....
Nasiiir juga manusia....
punyaaa kakiii bisa sakit....
jangan saaamakan dengan...
Pisau belatiiiii....
Hahaha.... ganyambung!!!

Selasa, 19 Februari 2013

Jalur Asik - TW Klasik


Mencoba jalur TW Klasik akhirnya kesampean juga. TW Klasik adalah jalur gowes yang dimulai dari Pos SSBP Perkebunan Teh yang terletak di ketinggian ±1.440 m dpl dan berakhir di Masjid Gadog (±500m dpl) dengan jarak tempuh sekitar 27,5 KM. Trek yang dilalui berupa tanjakan (25%) dan turunan (75%) melalui jalan di Kebun Teh dan Perkampungan Penduduk yang berupa Jalan Batu (Makadam), Jalan/Gang Tembok dan Jalan Aspal. Inilah jalur yang akan dijelajah pada Minggu, 17 Februari 2013.

Pada hari Minggu pagi, 17 Februari 2013 pk.05:30, TRACK20 dengan 12 personil yang terdiri dari : Pak Agus (Dream Team RAPI Gowes), PaChe, Handi, PaMen (D-Men), Difa, Pa’Yu, Riendi, Pak Deddy (Abeh), Pak Yassin, dan saya (Onwar) telah siap dan loading Sepeda pada mobil Pick Up yang telah disediakan di TIKUM, KM0. Ditambah 2 orang dari Citayam, Rio dan Pak Tatang yang menunggu di Jalan Raya Pemda.






Saya bersama D-Men, Difa, Handi dan Pak Yassin berangkat lebih dahulu dengan menggunakan Innova-nya D-Men yang diantar oleh Bu D-Men (sekalian jalan-jalan…) terima kasih atas tumpangannya, Bu D-Men! Kami tiba paling awal (pk.07:15) di Pos Security Perkebunan Teh Ciliwung yang dijadikan titik start gowes. Dampaknya? Kami menunggu lama sebelum rombongan yang naik angkot dari Gadog tiba.... 

Pk.07:45 Pick Up yang membawa sepeda tiba.... dan rombongan by Angkot tiba pk.08:30.










Om Sam dan Reza, anak Om Sam yang juga pegila sepeda ikut dalam rombongan. Peserta berjumlah 14 orang. 
















Setelah mempersiapkan diri dan sepeda, briffing singkat dari Om Agus dan dilanjut berdoa, pk.09:00 rombongan berangkat melahap tanjakan pembukaan sepanjang ±100 meter untuk kemudian jalan menurun sepanjang ±200 meter. Dari sini jalur menanjak sepanjang ±1.5 km untuk mencapai ketinggian maksimal 1.500 m dpl...


Pitstop pertama, Warung di Cikoneng yang berada di ketinggian ±1.430 m dpl tiba pk.10:00. Sebuah warung yang kalo dilihat dari galar-galar bambu yang disediakan buat gantung sepeda menunjukkan bahwa warung ini adalah tempat para goweser istirahat. Setelah istirahat minum teh manis dan makan rambutan perjalanan dilanjutkan (pk.10:30).















Selepas Cikoneng mulailah jalan turunan yang kadang membuat hati ciut tetapi dengan pemandangan yang ruarrr biyasah!!!! Ini menimbulkan kembali jiwa-jiwa narsis goweser yang ga boleh liat pemandangan bagus. Jalanan turunan Makadam yang basah tersiram hujan gerimis dan embun sering membuat Roda Belakang Sepeda ingin mendahului Roda Depan. Kalau tidak pandai-pandai memainkan rem pasti keinginan Si Roda Belakang itu kesampean dan yang nunggang jadi nungging karena jatuh....















Setelah gowes ±3 KM dari Cikoneng, pk.11:00-an kami tiba di tempat yang menakjubkan, sungai yang melintasi jalan (kalo jalan melewati sungai sih biasa!). Berada di ketinggian 1.120 m dpl, sungai tersebut berair jernih. Kami semua berpose narsis deh...
























Gowes berhenti di Pitstop terakhir, Rest Area MTB Cikatapis. Di sini kita bisa makan sepuasnya  (All U can eat) hanya dengan Rp 20.000,oo.





Perjalanan dilanjutkan melalui Pasir Angin dan menyusuri Jalan Raya Puncak menuju Masjid Gadog. Tiba Masjid Gadog sekitar pk.14:00. Setelah loading Sepeda dan lain-lain, kami tiba di KM0 sekitar pk.15:00. Alhamdulillah......