Kabupaten Bogor sangat kaya dengan air terjun. Di setiap wilayah baik itu sebelah barat, selatan maupun timur masing-masing memiliki curug (air terjun dalam bhs.Sunda) dengan kekhasan masing-masing. Di wilayah barat terdapat Curug Cigamea, Curug Ngumpet, Curug Seribu. Di sebelah selatan terdapat Curug Cilember, Curug Panjang, Curug Cibeureum. Di timur terdapat Curug Bidadari, Curug Bojong Koneng. Hanya wilayah utara yang berbatasan dengan Depok dan Jakarta yang tidak ada curug (mungkin hehehe...).
Di sebelah timur, di wilayah Kecamatan Babakan Madang, Sukamakmur dan Jonggol terdapat banyak curug-curug yang mulai ramai dikunjungi oleh para wisatawan, Salah satu curug yang saat ini sedang jadi trading topic adalah Curug Barong Leuwi Hejo atau biasa disebut dengan nama Curug Hejo. Berada di ketinggian sekitar 500 mdpl di perbatasan wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukamakmur. Berjarak sekitar 25km dari Kota Bogor atau 29km dari Bojonggede. Cerita dan berita tentang keindahan curug ini sudah tersebar ke segala arah.
Dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran berita tersebut, hari Sabtu tanggal 05 Desember 2015 kami merencanakan untuk gowes menuju Curug Hejo. Antusias teman-teman ternyata bagus juga. Ada 7 orang yang menyatakan kesiapannya untuk ikut. Goweser newbie dari Cibinong juga menyatakan keinginan untuk gabung.
Di sebelah timur, di wilayah Kecamatan Babakan Madang, Sukamakmur dan Jonggol terdapat banyak curug-curug yang mulai ramai dikunjungi oleh para wisatawan, Salah satu curug yang saat ini sedang jadi trading topic adalah Curug Barong Leuwi Hejo atau biasa disebut dengan nama Curug Hejo. Berada di ketinggian sekitar 500 mdpl di perbatasan wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukamakmur. Berjarak sekitar 25km dari Kota Bogor atau 29km dari Bojonggede. Cerita dan berita tentang keindahan curug ini sudah tersebar ke segala arah.
Dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran berita tersebut, hari Sabtu tanggal 05 Desember 2015 kami merencanakan untuk gowes menuju Curug Hejo. Antusias teman-teman ternyata bagus juga. Ada 7 orang yang menyatakan kesiapannya untuk ikut. Goweser newbie dari Cibinong juga menyatakan keinginan untuk gabung.
Tetapi ternyata pada hari Sabtu, 05 Desember 2015 hanya tinggal 4 orang saja yang datang ke tikum, KM 0, yaitu : PaMen, Kaka, Pyy dan saya (Onwar). Yang lain tidak jadi ikut karena ada keperluan lain yang mendadak.
Berangkat kami berempat pada pk.06:40.
Berangkat kami berempat pada pk.06:40.
Di tengah jalan P Yy dapat telepon bahwa kakaknya masuk rumah sakit dan P Yy balik kanan membatalkan ikut. Tinggal bertiga kami.
Sesuai dengan kesepakatan, kami bertemu dengan Aditya, goweser Cibinong yang ingin ikut gabung di Babakan Madang. Dia bersama temannya, Achmad. Alhamdulillah... kami menjadi berlima. Saya menyukai apabila gowes itu dengan banyak peserta.
Cuma sayang, mereka berdua tidak dapat ikut terus sampai tujuan. Karena suatu sebab, Aditya dan Achmad juga harus balik kanan. Mudah-mudahan dapat gabung lagi di trip-trip kami berikutnya.
Bertiga kami kembali menyusuri jalan dengan tanjakan-tanjakan yang kadang membikin dengkul terasa copot.
Jembatan yang terletak di turunan tajam yang ketika gowes pada 04 Januari 2015 (Jelajah Karang Tengah) sedang diperbaiki ternyata belum selesai juga. Lama juga ya... sudah hampir satu tahun.
Tiba di jembatan (pk.09:15) berarti kami sudah gowes sepanjang 26km. Jembatan ini berada di ketinggian 470 mdpl.
Tiba di jembatan (pk.09:15) berarti kami sudah gowes sepanjang 26km. Jembatan ini berada di ketinggian 470 mdpl.
Di sebuah rumah yang berjualan kopi kami beristirahat. Rada lama juga kami istirahat untuk menormalkan kembali nafas dan dengkul di sini.
Pk.10:20 kami melanjutkan menyusuri jalan. Target masih berjarak sekitar 2,5km. Dan jalan masih terus menanjak untuk mencapai ketinggian tertinggi di angka 525mdpl yang berada di jarak 27km.
Pk.10:20 kami melanjutkan menyusuri jalan. Target masih berjarak sekitar 2,5km. Dan jalan masih terus menanjak untuk mencapai ketinggian tertinggi di angka 525mdpl yang berada di jarak 27km.
Setelah itu jalan turun naik tetapi cenderung turun sampai di ketinggian 500 mdpl di gerbang menuju Curug Barong Leuwi Hejo. Jarak yang sudah ditempuh adalah 28,5km. Kami tiba pk.10:50.
Masih ada jarak sekitar 600 meter dari gerbang di pinggir jalan raya untuk tiba di obyek wisata Curug Hejo. Sebagian jalan masih berupa tanah, sebagian sudah diberi batu.
Kami membayar tanda masuk sebesar Rp 12.000,oo per-orang (plus sepeda). Dari sana kami terus gowes sampai tiba di jalan yang tidak dimungkinkan untuk terus bersepeda. Sepeda kami titipkan di sebuah warung...
Tiba di jembatan bambu yang merupakan jalan untuk mencapai lokasi sungai yang berbatu besar dan berair bening dan bersih.
Untuk mencapai Curug Barong Leuwi Hejo, kita harus melewati loket. Tarif tanda masuk adalah Rp 5.000,oo per-orang. Awalnya rada heran juga, koq satu objek wisata tetapi sampai dua kali kita bayar tanda masuk. Setelah dipelajari ternyata sungai Cileungsi tempat adanya Leuwi Hejo ini adalah pembatas antara wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukamakmur. Loket Tanda Masuk pertama berada di wilayah Kecamatan Babakan Madang, sedangkan loket kedua berada di Kecamatan Sukamakmur.
Memang tidak bohong berita tentang keindahan dan keasrian Curug Barong Leuwi Hejo ini.... Air bening deras mengalir di antara batu-batu besar. Air deras seperti keluar dari gua karena rimbunnya pohon-pohon. Sebuah kedung (leuwi) yang cukup luas dan dalam berada di tempat jatuhnya air. Karena dalam dan bersihnya air sehingga air di leuwi terlihat berwarna hijau (hejo).
Setelah puas menikmati keindahan, kesegaran, kesejukan Curug Hejo, pk.12:25 kami berangkat pulang. Istirahat sebentar di jalan untuk shalat dan ngopi.
Oleh-oleh untuk orang rumah, kami beli pete hehehe....
Alhamdulillah kami kembali dengan selamat tiba di KM 0 pk.16:30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar